Jawa Dwipa
perpaduan budaya Jawa dan Hindu
Kapan dimulainya hubungan bangsa
Hindu dengan bangsa Nusantara, kita tidak dapat menemukan data yang pasti. Kepulauan
Nusantara sejak zaman dahulu merupakan daerah perjalanan pedagang – pedangan
antara negeri cina dan India. Berita yang tertua tentang perdagang2 antara
negeri Cina dan India. Berita yang tertua tentang perdagangan antara India dan
nusantara barangkali tercatat dalam buku Yunani yang ditulis kira2 tahun 70 an.
Bukunya berjudul Periplous Tes Erythras Thalasses.
Dalam buku itu dikemukakan bahwa
ada 3 bandar di India Selatan yang berdagang dengan negeri Cryse (Negeri Emas).
Dalam buku ptolemaus, yang disebut chrisye Chesonesos. Ialah semenanjung ,
Barousai (Barus) Pulau-pulau sabadeibai dan pulau labadiou yang ibukotanya
bernama Agryre (kota Perak).
Memang belum dapat diyakini bahwa
yang dimaksud Sabadeibai dan Iabadiou adalah Jawa dwipa(pulau jawa) . Ada
seorang penulis yang berpendapat, memang jawa dwipa itu adalah Pulau Jawa yang
sekarang, tetapi penulis lain mengira Andalas, karena ptolemaeus mengatakan,
bahwa di pulau itu banyak emas. Pendapat lain mengemukakan bahwa tabodiou
adalah Semenanjung karena memang daerah itu yang pertama-tama dikenal oleh
orang Hindu dan dahulu memang banyak kedapatan emas.
Karena itu pada kira-kira tahun
150 , sewaktu Ptolemaeus mengumpulkan catatan-catatan, orang Hindu sudah
mengenal beberapa daerah Nusantara, dan mungkin sudah ada yang menetap di
pulau-pulau itu. Mereka rupanya membuat kampung tersendiri. Dari kampung-kampung
asing inilah lama kelamaan barang – barang kebudayaan mengalir ke kraton2
sehingga dengan demikian pengaruh Hindu di dalam keagamaan dan ketatanegaraan
mulai tampak.
Dalam hal ini golongan Brahmana
memegang posisi yang sangat penting.
Juga orang Jawa sendiri berpendapat, bahwa masuknya unsure kebudayaan hindu
tidak karena penahlukan yang secara kekerasan, tetapi karena kebijaksanaan.
Mula-mula kebudayaan itu Hanya tersebar di golongan atas saja, tetapi lambat laun
berpengaruh pula di kalangan rakyat
biasa. Dengan demikian timbullah kebudayaan jawa – Hindu yang mana budaya asli jawa masih tetap ada, hanya dicampuri atau
diperkaya dengan kebudayaan Hindu. Kebudayaan jawa masih mempunyai corak dan
motif tersendiri.
0 komentar:
Posting Komentar